MEDAN, Menarapos.id – Elvi Syahriani br Barus terlihat cemas dengan nasib anaknya yang kini berada di Negara Kamboja, terlebih lagi kepergian Rasya Aldi Riansyah berstatus Pelajar Kelas II SMA tersebut tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
Tidak tahu mau kemana lagi, Elvi warga Jalan Sei Sikambing, Kelurahan Sei Sikambing C2, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan ini menemui para awak media di Press Room Lantai LG DPRD Kota Medan, Rabu (14/05/25).
Saat bertemu dengan insan media ia pun bermohon agar anaknya bersama teman-temannya itu bisa kembali ke Indonesia. “Tahunya Rasya di Kamboja setelah menelpon abangnya minta di jemput karena posisi yang dikabar bekerja pada perusahaan di Kamboja,” ucap Elvi.
Dikatakannya, biasanya anak kami ini seusai sekolah selalu mencari tambahan dengan bekerja unruk membantu perekonian keluarga, jadi yang kami tahu dia pergi kerja akan tetapi tidak tahu kalau Rasya berangkat ke Kamboja dan kini telah 9 bulan lamanya dia disana, Informasi yang kami peroleh Si Rasya itu sudah tak mendapatkan upah.
Diceritakan Elvi, kami tahu keberadaan disana setelah mendapat pesan dari WhasApp atas nama anaknya Rasya sekira pukul 23.39 Wib. Dalam pesan itu, menulis Chat bahwa “Rasya mau pulang mak, mau mencoba lari melaporkan KBRI, ini taruhannya nyawa. Doa mamak yang terbaiklah mak, Semoga Rasya selamat, ucap Elvi dengan lirih smebari menyebutkan agar anaknya melapor ke KBRI di Kamboja.
Masih dalam pesan Whats anaknya kembali menceritakan kondisi disana, “Udah gak betul Kamboja ini”. Ini tunggu penjemputan polisi Kamboja aja Rasya mak. Lalu mengirimkan foto terbarunya melalui HP untuk disimpan oleh orangtuanya.
Lalu mengatakan lagi “Ini HP mau Rasya reset. Masalah polisi hanya di gerbang tidak masuk. Kami keluar kantor ini masih dipikir. Cemana uang gak ada mak 32 juta di jemput. Bayar denda, terpaksalah taruhannya nyawa, jika ingin pulang bagus-bagus”.
“Setelah menerima pesan hingga saat ini Rasya tidak dapat lagi di hubungi selama empat hari, bang. Tolonglah saya, tidak tahu lagi mau kemana minta tolong,” ungkap Elvi kepada sejumlah wartawan yang berunit di Gedung DPRD Kota Medan.
Menurut Elvi, ia bersama Putra pertamanya Iqbal terus mencari keberadaan Raysa. Dari info yanv kami dapat anaknya itu telah dibawa dan dijebloskan ke penjara Pnom Penh – Kamboja, tahunya pada Selasa (13/05/25).
Kata Iqbal kepada Elvi sebelum mereka dijemput polisi Pnom Penh mereka harus terlebih dahulu menandatangani surat perjanjian dan cap jempol sebelah kiri dengan tulisan berbahasa Kamboja yang tidak di mengerti oleh mereka, karena mereka ketakutan diduga mereka mengikuti perintah bos kerja mereka untuk menandatangi.
“Pengakuan anak saya, Ikbal bahwa Rasya saat ini masih di tempat penampungan (Penjara) di daerah Pnom Penh bercampur dengan para pekerja dari Sumatera Utara dan pekerja dari negara lain,” jelas Elvi.
Elvi mengaku jika pihak yang membawa anaknya Rasya ke Kamboja saat ini tidak diketahui lagi atau menghilang. Dia menyesalkan anaknya yang mudah percaya dan teriming-iming sehingga mau diajak bekerja ke Kamboja.
“Sebelum bekerja ke Kamboja, Rasya tinggal di tempat abangnya, lalu kemungkinan dia diajak oleh orang lain saat tinggal dirumah bibi nya yang beralamat di Klambir Lima perumahan Payung Teduh (Timer) kabupaten Deliserdang-Provinsi Sumatera Utara,” sebut nya sedih.
Sejak mengetahui kondisi putra keduanya itu, Elvi sangat khawatir atas nasib putra keduanya.
Apalagi banyaknya informasi di mass media baik televisi dan media sosial bahwa banyak korban perdagangan organ tubuh di Kamboja dimana korbannya banyak warga Indonesia yang selama ini tertipu lapangan pekerjaan dengan gaji fantastis di Kamboja.
“Setahu saya, saat itu anak saya Rasya di imingi dengan gaji Rp.14 juta, namun kenyataan dia hanya mendapat gaji Rp.5 juta. Namun kalau tidak mendapat target gaji tidak diberikan. Info yang saya dapat, mereka ada tim dan bekerja sebagai scammer untuk mendapatkan banyak uang dari para korban mereka, “akunya sedih.
Lebih lanjut, sambil berlinang air mata, Elvi juga mendapat informasi, pengakuan anaknya mereka bekerja di Kamboja sana untuk melakukan penipuan (Scammer) yang berkedok perusahaan dengan mencari korban-korbannya.
“Mereka juga harus mendapat target sesuai apa yang diarahkan jika tidak mereka tidak mendapatkan gaji. Selama bekerja seluruh identitas termasuk HP tidak boleh dibawa selama bekerja,” terangnya.
Untuk itu, Elvi memohon Gubernur Sumatera Utara Pak Bobby Nasution, Walikota Medan Rico Waas dan Kepala BP3MI Wilayah Sumut agar dapat berkoordinasi kepada pihak KBRI Indonesia yang ada di Kamboja.
“Tolonglah pak, anak saya Rasya dapat dipulangkan ke Kota Medan, Sumatera Utara. Saya tidak ada uang jika harus menebus anak saya dari Kamboja. Saya hanya babu pencuci, saya tidak punya banyak uang. Saya takut ada apa apa sama anak saya disana. Saya takut anak saya mati karena perlakuan tidak baik terhadap anak saya,” ucap Elvi sedih.
Terpisah, Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia Wilayah Sumatera Utara Harold saat di konfirmasi wartawan mengatakan akan menindak lanjuti dan menyarankan pihak keluarga Rasya datang ke kantor P3MI untuk memberikan keterangan.
“Boleh datang ke kantor kami saat jam kerja ya bang, ditunggu oleh petugas kami,” tulis Harold melalui WA pribadinya.(ist)