HeadlineOlahraga

Penyandang Disabilitas ‘Terabaikan’ Saat Pembukaan Secara Live PON XXI Aceh-Sumut

1035
×

Penyandang Disabilitas ‘Terabaikan’ Saat Pembukaan Secara Live PON XXI Aceh-Sumut

Sebarkan artikel ini
Foto : Tiga Vidiotron yang menyiarkan siaran langsung pembukaan PON XXI Aceh-Sumut yang berlangsung di Stadion Baharuddin Siregar Lubuk Pakam. (Amsal)

MEDAN, Menarapos.id – Pembukaan PON XXI Aceh-Sumut oleh Presiden Joko Widodo yang disiarkan secara langsung tidak tampak Juru Bahasa Isyarat (JBI) yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.

Tidak hanya di Aceh, pembukaan ceremony PON XXI Aceh-Sumut yang juga berlangsung di Stadion Baharuddin Siregar, Lubuk Pakam juga tidak melibatkan pihak JBI. Bahkan tiga layar Vidiotron yang terpasang menyiarkan pembukaan di Aceh dan Sumut ini menjadi pertanyaan bagi masyarakat yang hadir melihat secara langsung.

“Seharusnya, pihak panitia acara di Aceh maupun Sumut memperhatikan hal tersebut terutama bagi penyandang disabilitas seperti tuli (tuna rungu) maupun bisu (tuna wicara) di Indonesia,” ujar warga yang menonton acara pembukaan PON XXI Medan-Aceh di Stadion Baharoedin Siregar Jalan Medan-Tebing Tinggi Komplek Pemerintahan Deli Serdang Lubuk Pakam Provinsi Sumatera Utara, Senin (09/09/24).

Kadis Kominfo Provinsi Sumatera Utara, Ilyas Sitorus saat di konfirmasi terkait siaran langsung pembukaan PON XXI Aceh-Sumut di provinsi Aceh dan Sumut yang tidak melibatkan JBI pihaknya sangat menyayangkan pada acara bergensi tersebut.

“Kita juga telah mengikutsertakan pihak JBI, namun pada acara pembukaan ini pihak panitia tidak menyediakan tempat sehingga nantinya ini kita pertanyakan,” sebut Ilyas.

Iliyas Sitorus mengatakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara selalu menyiapkan layanan JBI di Media Center PON XXI Aceh-Sumut yang berada di salah satu Hotel Berbintang di Jalan Pengadilan Medan.

Menurut Ilyas Sitorus, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya juru bahasa isyarat, antara lain:

1. Memfasilitasi komunikasi: Bagi individu yang memiliki gangguan pendengaran atau tuli, juru bahasa isyarat dapat memfasilitasi komunikasi dengan orang lain. Mereka menerjemahkan pesan verbal ke dalam bahasa isyarat yang dapat dipahami oleh individu yang lebih memahami bahasa isyarat daripada bahasa lisan.

2. Mengurangi kesenjangan komunikasi: Juru bicara isyarat dapat berperan dalam mengurangi kesenjangan komunikasi antara individu dengan gangguan pendengaran atau tuli dengan lingkungan sekitarnya. Dengan bantuan juru bicara isyarat, individu tersebut dapat berpartisipasi secara aktif dalam percakapan, seminar, pertemuan, dan acara lainnya.

3. Meningkatkan inklusi sosial: Dengan adanya juru bahasa isyarat, individu dengan gangguan pendengaran atau tuli dapat merasa lebih terlibat dalam kegiatan sosial. Mereka dapat mengikuti perkuliahan, seminar, konferensi, dan kegiatan lainnya di mana adanya juru bahasa isyarat memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara penuh.

4. Membantu dalam lingkungan kerja: Juru bahasa isyarat juga memberikan manfaat dalam lingkungan kerja, terutama jika ada individu dengan gangguan pendengaran atau tuli di tempat kerja. Dengan bantuan juru bicara isyarat, komunikasi antara individu dengan gangguan pendengaran atau tuli dan rekan kerja dapat berjalan lancar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

5. Meningkatkan kesadaran tentang disabilitas pendengaran: Keberadaan juru bahasa isyarat membantu meningkatkan kesadaran tentang isu-isu dan tantangan yang dihadapi oleh individu dengan gangguan pendengaran atau tuli. Hal ini dapat mempromosikan inklusi dan penghormatan terhadap beragam kelompok dalam masyarakat.

“Dengan adanya juru bahasa isyarat, individu dengan gangguan pendengaran atau tuli dapat lebih mudah terlibat dalam kegiatan sehari-hari, secara sosial, dan dalam lingkungan kerja, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka, ” terang Ilyas Sitorus.(aac)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *